![]()
Oleh: Pdt. Em. Yanvantius Tulai, M.Th
Lukas 24:50–53 – “Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke surga…”
Kisah Para Rasul 1:11 – “Hai orang-orang Galilea, mengapa kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga.”
Renungan:
Hari ini, gereja di seluruh dunia memperingati Hari Kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke Surga — sebuah peristiwa penting yang menandai berakhirnya pelayanan fisik Yesus di dunia dan awal dari pelayanan-Nya sebagai Imam Besar dan Raja yang dimuliakan di Surga.
Kenaikan Yesus bukan sekadar perpisahan, tetapi penegasan kemenangan dan janji akan kedatangan-Nya kembali. Seperti dikatakan oleh para malaikat dalam Kisah Para Rasul 1:11, “Yesus ini… akan datang kembali.” Inilah pengharapan eskatologis yang meneguhkan iman kita: Dia pergi, tetapi tidak meninggalkan kita. Ia naik, tetapi akan datang kembali.
William Barclay menulis, “Ascension is not about Jesus going away, but about His enthronement and promise of return.”
(Kenaikan bukan tentang Yesus pergi jauh, melainkan tentang penobatan-Nya dan janji kedatangan-Nya kembali.)
Kenaikan ini juga memberi makna ganda:
Yesus naik sebagai Raja yang dimuliakan, duduk di sebelah kanan Allah Bapa (Efesus 1:20).
Yesus naik sebagai Juru Syafaat, yang senantiasa berdoa bagi kita (Ibrani 7:25).
Seorang teolog Reformasi, John Calvin, menyatakan: “Kristus naik ke Surga agar kita tidak terikat kepada dunia, tetapi mengangkat hati kita ke atas dan mencari hal-hal yang di atas.”
Itulah mengapa setelah Yesus naik ke surga, murid-murid justru pulang dengan sukacita besar (Luk. 24:52), bukan dengan kesedihan. Mereka menyadari bahwa Yesus tidak pergi untuk selamanya, tetapi memerintah dalam kemuliaan dan akan datang kembali.
Ilustrasi:
Seorang ayah yang harus pergi merantau demi mencari nafkah berkata kepada anak-anaknya, “Papa pergi untuk masa depan kalian. Jangan khawatir, Papa pasti pulang.” Anak-anak itu menanti bukan dengan kesedihan, tapi dengan semangat—belajar, membantu ibu mereka, dan mempersiapkan segala sesuatu agar ketika sang ayah kembali, rumah mereka penuh sukacita. Seperti itulah seharusnya sikap orang percaya menantikan kedatangan Kristus kembali.
Charles Spurgeon berkata:
“The Lord Jesus went up to heaven in His body and He will return in that same body. This is no myth—this is our blessed hope.”
(“Tuhan Yesus naik ke surga dengan tubuh-Nya dan Ia akan kembali dengan tubuh yang sama. Ini bukan mitos—ini adalah pengharapan yang penuh berkat bagi kita.”)
Aplikasi:
Hidup dalam Pengharapan: Kenaikan Kristus mengajak kita untuk menatap ke depan — bukan dengan gelisah, melainkan dengan penuh harapan bahwa Ia akan datang kembali.
Jangan Hanya Berdiri Menatap Langit: Seperti para malaikat berkata, kita tidak dipanggil hanya untuk menunggu pasif, tetapi untuk menjalankan misi Kristus — menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8).
Setia dalam Iman: Hidup kita harus mencerminkan bahwa kita menanti Raja yang akan datang. Setiap tindakan, keputusan, dan pelayanan kita seharusnya berorientasi pada Kerajaan yang kekal.
“Yesus tidak naik untuk menjauh dari kita, tetapi untuk memerintah demi kita — dan Ia akan kembali untuk menjemput kita ke dalam kemuliaan kekal.”
Selamat merayakan hari kenaikan Yuhan Yesus Kristus, percayalah Dia pergi untik Kembali. Selamat beraktivitas, Tuhan Yesus memberkati. Amin