![]()
Oleh Pdt. Yanvantius TulaI
Ayat: “Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal.”
(Ibrani 11:17, TB)
Ibrani 11:17 menyoroti salah satu momen paling dramatis dan penuh ketegangan dalam sejarah iman: pengorbanan Ishak oleh Abraham.
Ayat ini bukan hanya menceritakan tindakan Abraham, tetapi menggambarkan iman sebagai daya dorong utama di balik tindakan ekstrem itu.
Kata Yunani yang diterjemahkan sebagai “dicobai” adalah πειραζόμενος (peirazomenos), menunjuk pada ujian dari Allah—bukan godaan untuk berbuat dosa.
Dalam konteks ini, Allah menguji ketaatan dan kepercayaan Abraham, bukan untuk menjatuhkannya, tetapi untuk menyempurnakannya.
Abraham “rela mempersembahkan” (Yunani: προσενήνοχεν – prosenenōchen) Ishak, satu-satunya anak yang lahir dari janji. Ini menegaskan bahwa ketaatan Abraham berdiri pada pengorbanan terbesar yang mungkin ia berikan. Ia tahu bahwa janji Allah—yakni keturunan melalui Ishak—tidak mungkin gagal, sekalipun Ishak harus mati.
Iman Abraham bukanlah iman yang buta, melainkan iman yang mengerti siapa Allah itu: setia dan sanggup membangkitkan dari kematian (Ibrani 11:19).
Seorang Teolog bernama William Lane menafsirkan tindakan Abraham sebagai “puncak dari iman yang berakar dalam relasi yang mendalam dengan Allah.”¹
Sedangkan Sorang Ahli Alkitab bernama F. F. Bruce mencatat bahwa Abraham “sudah belajar percaya kepada Allah bukan karena ia selalu memahami perintah-Nya, tetapi karena ia mengenal karakter-Nya.”²
Penafsir klasik Bernama Matthew Henry mengomentari: “Tuhan menguji kasih Abraham kepada-Nya, dan iman Abraham kepada janji-Nya. Ia lulus karena ia percaya bahwa Tuhan akan tetap setia walau jalan-Nya tidak dapat dimengerti.”³
Namun kisah ini lebih dari sekadar ujian iman. Ini adalah tipologi dari pengorbanan Kristus. Ishak digambarkan sebagai anak tunggal yang dikasihi, dibawa naik ke Gunung Moria (yang diyakini para ahli sebagai wilayah yang kelak menjadi lokasi Bait Allah dan tempat penyaliban Kristus). Ia membawa kayu bakaran di punggungnya, seperti Yesus yang memikul salib-Nya. Tetapi ketika saatnya tiba, Tuhan menyediakan domba pengganti.
Domba itu adalah bayang-bayang dari Yesus Kristus, yang oleh Yohanes Pembaptis disebut sebagai “Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yoh. 1:29).
Sebagaimana domba itu menggantikan Ishak, demikianlah Kristus menggantikan kita di atas kayu salib.
Seorang Teolog Reformed R.C. Sproul menyatakan, “Pengorbanan Ishak menunjukkan bahwa penebusan adalah anugerah. Tuhan yang menyediakan. Dan di Kalvari, Tuhan tidak menahan Anak-Nya sendiri.”⁴
Ilustrasi
Seorang misionaris bernama John Paton melayani di antara suku kanibal di Pasifik Selatan. Ketika ia harus membawa keluarganya dan anak kecilnya ke tempat yang berbahaya, ia tetap taat karena percaya kepada janji Allah bahwa hidup mereka ada dalam tangan-Nya. Ia tidak tahu akhir dari perjalanan itu, tetapi ia tahu siapa yang memimpin perjalanan itu.
Aplikasi
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menghadapi “ujian iman”—keputusan yang menuntut ketaatan bahkan saat kita tidak mengerti jalan Tuhan. Seperti Abraham, kita dipanggil untuk mempercayai Tuhan lebih dari logika dan lebih dari rasa nyaman.
Lebih dari itu, kisah ini mengajak kita memandang kepada Kristus:
• Apakah kita sadar bahwa kita adalah Ishak yang seharusnya dikorbankan?
• Apakah kita hidup dalam rasa syukur kepada Allah yang telah menyediakan Kristus sebagai Pengganti kita?
Iman bukan sekadar percaya kepada kuasa Allah, tetapi percaya kepada kasih dan karya penyelamatan-Nya dalam Kristus.
“Di atas Gunung TUHAN, akan disediakan—dan telah disediakan: Anak Domba itu adalah Yesus.”
[06/06/25, 06.51.37] Jason Agency: Pak Hari ini saya masukkam galeri bapak dan berita ini… kmrin geam viewr ma bu Ivana
[06/06/25, 06.51.51] Pak Yanvantius Tulai: Shalom Pak Timotius. Mohon bantuan memasukan Artikel Renungan saya diatas ke Website. Terima kasih